Setiap orang tentu ingin mendambakan cara meraih keberkahan hidup dengan cepat. Bukan sekadar memiliki harta yang melimpah, tetapi juga ketenangan batin, keluarga yang harmonis, kesehatan yang terjaga, serta rezeki yang membawa manfaat dan bukan mudarat. Dalam ajaran Islam, keberkahan dipahami sebagai ziyādatul khayr, bertambahnya kebaikan yang Allah letakkan pada sesuatu, sehingga yang sedikit bisa terasa cukup, dan yang cukup menjadi semakin memberi manfaat.
Keberkahan bukan selalu tampak dalam bentuk materi, melainkan hadir lewat ketentraman hati, kemudahan dalam urusan, serta hadirnya kebaikan yang terus mengalir dalam hidup seseorang. Al-Qur’an berkali-kali menyinggung tentang pentingnya keberkahan, sementara para ulama dan tokoh Islam memberi banyak nasihat bagaimana cara meraihnya, mulai dari memperbaiki hubungan dengan Allah hingga menjaga hubungan sesama manusia. Dengan memahami konsep ini, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan di penuhi rahmat-Nya.
Meraih Keberkahan Dalam Hidup Dari Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam menjelaskan bahwa keberkahan dapat di raih melalui ketaatan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Keberkahan bukan hanya diukur dari banyaknya harta atau panjangnya umur, tetapi dari rasa cukup yang menenangkan hati, hidup yang bermanfaat, serta kemudahan dalam berbagai urusan. Karena itu, ketika Allah menyebut “berkah” dalam ayat-ayat-Nya, selalu ada kaitan erat dengan keimanan, ketakwaan, dan syukur yang tertanam dalam diri seorang hamba.
1. Takwa sebagai Sumber Keberkahan
Allah SWT berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 96:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…”
Ayat ini menegaskan bahwa keberkahan bukan semata hasil dari usaha lahiriah, tetapi sangat bergantung pada kualitas hubungan manusia dengan Allah. Ketakwaan menjadi pintu yang membuka limpahan kebaikan-Nya, karena orang yang bertakwa akan berusaha menyesuaikan seluruh aspek hidupnya dengan perintah Allah dan menjauhi setiap larangan-Nya.
Berkah dari langit dapat di maknai sebagai turunnya rahmat, ketenangan, dan rezeki yang mudah dan bersih; sedangkan berkah dari bumi mencakup kesuburan, kesehatan, kedamaian, dan kehidupan yang makmur. Dengan kata lain, semakin kuat iman dan ketakwaan seseorang, semakin luas pula keberkahan yang Allah berikan dalam urusan dunia sekaligus akhiratnya. Keberkahan ini sering kali tidak selalu tampak dalam bentuk materi, tetapi hadir melalui hidup yang terasa lebih ringan, lebih tenang, dan selalu di penuhi kebaikan.
2. Syukur Membawa Keberkahan
Dalam surah Ibrahim ayat 7, Allah berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu…”
Ayat ini menegaskan bahwa syukur memiliki kedudukan besar dalam kehidupan seorang mukmin. Bersyukur bukan sekadar mengucapkan Alhamdulillah, tetapi di wujudkan melalui sikap dan tindakan yang mencerminkan penghargaan terhadap nikmat Allah. Menggunakan nikmat pada jalan yang baik, menjauhi maksiat, serta memanfaatkannya untuk kebaikan merupakan bentuk syukur yang sejati.
Tidak heran jika ayat ini sering termasuk dalam kumpulan Ayat Al-Qur’an Yang Memberi Motivasi Hidup dan menenangkan hati, karena mengingatkan kita bahwa syukur adalah kunci bertambahnya nikmat. Orang yang bersyukur akan merasakan tambahan nikmat, bukan selalu dalam bentuk materi, tetapi dalam bentuk keberkahan: hati yang lapang, hidup yang terasa ringan, ketenangan dalam menghadapi ujian, dan rezeki yang datang dengan cara yang tak terduga namun penuh kebaikan.
Rasa syukur yang tulus mampu mengubah pandangan seseorang terhadap hidup, yang sedikit terasa cukup, dan yang cukup menjadi sangat berarti. Sebaliknya, keluhan dan ketidakpuasan dapat menutup pintu keberkahan. Ketika seseorang lebih fokus pada apa yang tidak di miliki daripada apa yang telah Allah berikan, ia akan sulit merasakan nikmat dan semakin jauh dari ketenangan.
Nasihat Tokoh Islam Tentang Keberkahan Hidup
Banyak ulama dan tokoh Islam menekankan pentingnya mencari keberkahan dalam setiap aspek kehidupan. Menurut para ulama, keberkahan bukan sekadar bertambahnya nikmat, tetapi bagaimana nikmat itu mendekatkan seorang hamba kepada Allah, menenangkan hati, serta memberi manfaat yang luas. Karena itu, dalam kehidupan sehari-hari, nasihat mereka menjadi pengingat berharga agar kita tidak hanya mengejar kesuksesan duniawi, tetapi juga memastikan setiap langkah kita membawa berkah yang di ridhai Allah SWT.
1. Imam Al-Ghazali: Berkah dari Ilmu yang Diamalkan
Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa ilmu yang tidak di amalkan ibarat beban yang di pikul seseorang, tampak banyak tetapi tidak memberikan manfaat. Keberkahan ilmu justru hadir ketika ilmu tersebut menghidupkan hati, memperbaiki akhlak, dan menjadi jalan untuk melakukan kebaikan. Karena itu, seseorang tidak di anggap mulia hanya karena pengetahuannya luas, tetapi karena ilmunya memberi dampak positif bagi dirinya dan orang lain.
Menurut beliau, orang berilmu yang tidak mengamalkan ilmunya ibarat lampu yang menerangi sekelilingnya namun membakar dirinya sendiri. Gambaran ini menunjukkan bahwa ilmu tanpa amal bisa menjerumuskan pemiliknya, sementara ilmu yang di amalkan akan mengangkat derajatnya di sisi Allah.
Imam Al-Ghazali juga mengingatkan bahwa niat dalam menuntut ilmu harus selalu di jaga. Jika ilmu di pelajari untuk mencari ridha Allah, bukan untuk kebanggaan atau kepentingan dunia, maka ilmu tersebut akan menjadi sumber keberkahan yang menyinari kehidupan, baik bagi dirinya maupun bagi umat yang mendapatkan manfaat dari ilmu tersebut.
2. Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani: Keberkahan dalam Keikhlasan
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani menegaskan bahwa salah satu sumber keberkahan terbesar dalam hidup adalah keikhlasan. Ikhlas berarti melakukan amal semata-mata karena Allah, bukan demi pujian, pengakuan, atau kepentingan dunia. Beliau mengingatkan bahwa amal yang terlihat kecil sekalipun dapat mendatangkan kebaikan besar apabila di lakukan dengan hati yang bersih. Sebaliknya, amal sebesar apa pun akan kehilangan nilainya jika niatnya tercemar.
Menurut beliau, keikhlasan adalah ruh dari seluruh ibadah. Tanpa ruh ini, ibadah hanya menjadi gerakan lahiriah tanpa makna. Keberkahan yang lahir dari keikhlasan bukan hanya di rasakan melalui pahala di akhirat, tetapi juga melalui ketenangan batin, rezeki yang terasa cukup, dan hidup yang dipenuhi cahaya petunjuk dari Allah.
Bahkan amal sederhana, seperti tersenyum kepada sesama, membantu orang yang membutuhkan, atau berzikir secara tulus, dapat menjadi sebab turunnya keberkahan yang melimpah. Karena itu, beliau selalu menasihati murid-muridnya agar memulai setiap amal dengan pembersihan niat. Ketika hati lurus karena Allah, setiap langkah yang kita ambil akan membawa kebaikan, dan keberkahan itu akan mengalir tanpa kita duga.
3. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah: Berkah dalam Waktu
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan bahwa salah satu bentuk keberkahan terbesar yang Allah berikan kepada seorang hamba adalah keberkahan dalam waktu. Ada orang yang dalam satu hari mampu menyelesaikan begitu banyak kebaikan, sementara ada pula yang melewati hari yang sama tanpa menghasilkan manfaat apa pun. Perbedaan ini terletak pada bagaimana seseorang mengisi waktunya, apakah dengan amal shalih, ibadah, dan perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah, atau justru dengan hal-hal yang melalaikan.
Menurut beliau, waktu adalah modal kehidupan. Jika modal ini hilang begitu saja, maka hilang pula kesempatan untuk memperoleh keberkahan. Orang yang di beri keberkahan waktu akan merasakan kemudahan dalam menyelesaikan berbagai urusan; setiap detik yang ia gunakan terasa produktif, terarah, dan mendatangkan manfaat. Itu semua terjadi karena Allah menanamkan keberkahan pada aktivitasnya, sehingga yang sedikit menjadi cukup dan yang sulit menjadi mudah.
Ibnu Qayyim juga mengingatkan bahwa keberkahan waktu tidak semata-mata tentang produktivitas duniawi, tetapi tentang kualitas amal dan kedekatan hati kepada Allah. Ketika waktu di isi dengan zikir, doa, belajar, membantu orang lain, atau kegiatan bermanfaat lainnya, maka hati akan merasa ringan, hidup terasa lebih terarah, dan setiap langkah menjadi penuh makna. Inilah ciri waktu yang di berkahi, bukan panjangnya durasi, tetapi nilai yang terkandung di dalamnya.
Cara Praktis Meraih Keberkahan dalam Hidup
Selain petunjuk Al-Qur’an dan nasihat para ulama, ada banyak amalan sederhana yang bisa kita lakukan setiap hari untuk meraih keberkahan hidup. Amalan ini tidak hanya memperkuat hubungan kita dengan Allah, tetapi juga menata hati dan memperbaiki hubungan dengan sesama.
1. Menjaga shalat lima waktu
Shalat adalah sumber keberkahan karena ia menjaga hati tetap bersih, menenangkan jiwa, dan menjadi pengingat agar seseorang tidak terjerumus dalam dosa. Orang yang menjaga shalatnya dengan baik biasanya akan merasakan hidup yang lebih teratur dan penuh ketenangan.
2. Bersedekah walau sedikit
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta, justru menambah keberkahan. Sedekah membuka pintu rezeki, membersihkan harta, serta menumbuhkan empati dan kepedulian dalam diri seorang Muslim.
3. Berbuat baik kepada orang tua
Ridha Allah tergantung pada ridha kedua orang tua. Doa dan keridhaan mereka menjadi salah satu sebab terbesar turunnya keberkahan dalam hidup. Bahkan amalan sederhana seperti membantu kebutuhan mereka atau sekadar berbicara dengan lembut dapat menjadi sumber kebaikan yang besar.
4. Menjaga silaturahmi
Nabi SAW bersabda bahwa menyambung tali silaturahmi dapat memperluas rezeki dan memanjangkan umur. Silaturahmi memperkuat hubungan sosial, menghapus permusuhan, dan membuka pintu pertolongan dalam banyak urusan kehidupan.
5. Memperbanyak istighfar
Rasulullah SAW mencontohkan untuk beristighfar setiap hari agar dosa-dosa di ampuni dan hidup di beri kelapangan. Istighfar mengundang ketenangan hati, membuka pintu keberkahan, serta menjadi sebab datangnya rezeki dan kemudahan.
Kisah para ulama juga memberikan teladan bahwa meraih keberkahan hidup itu tidak selalu berwujud materi. Imam Syafi’i, misalnya, meski hidup sederhana, ilmunya terus memberikan manfaat hingga hari ini. Ini menunjukkan bahwa keberkahan sejati terletak pada amal yang memberi manfaat luas dan terus mengalir meski seseorang telah tiada. Keberkahan seperti ini jauh lebih bernilai daripada harta yang hanya bersifat sementara.
Keikhlasan dan ketulusan Imam Syafi’i dalam menuntut ilmu menjadikannya sosok yang di hormati di seluruh dunia Islam. Beliau tidak mengejar kekayaan atau kedudukan, melainkan mencari ridha Allah semata. Dari ketulusan itulah Allah memberikan keberkahan yang luar biasa pada Rasulullah SAW dalam keturunan dan murid-muridnya yang terus menyebarkan ajarannya.



















