Dalam ajaran Islam, Hadits bukan hanya perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW, tetapi juga termasuk sabda-sabda khusus yang disebut Hadits Qudsi. Kata qudsi berasal dari kata quds, yang berarti suci. Maka secara bahasa, hadits qudsi dapat diartikan sebagai “hadis yang suci” karena kandungannya bersumber langsung dari Allah SWT.
Secara istilah, salah satu Jenis Hadits ini adalah sabda Rasulullah SAW yang disandarkan kepada Allah SWT. Artinya, maknanya datang dari Allah, namun susunan katanya diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW. Inilah yang membedakannya dari Al-Qur’an, meskipun keduanya sama-sama mengandung firman Allah.
Dalam kajian ilmu Hadits, para ulama juga mengelompokkan sabda Nabi ke dalam beberapa jenis hadits. Selain hadits qudsi, ada Hadits Qauliyah yang berisi ucapan langsung Rasulullah SAW kepada para umat, serta Hadits Fi’liyah sebagai hadits yang mencatat perbuatan, tindakan, atau amalan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Ketiganya memiliki fungsi yang saling melengkapi dalam memahami ajaran Islam secara utuh.
Berbeda dengan Al-Qur’an yang wajib dibaca dalam salat, hadits qudsi termasuk kategori wahyu ghairu matluw (wahyu yang tidak dibaca). Rasulullah SAW menyampaikannya kepada umat dengan kalimat pembuka seperti, “Rasulullah SAW bersabda: Allah SWT berfirman…” yang menjadi ciri khas hadits qudsi dan menandakan bahwa pesan itu berasal dari Allah, namun diungkapkan dengan bahasa Nabi.
Perbedaan Hadits Qudsi dengan Al-Qur’an
Meskipun keduanya sama-sama berasal dari Allah, Hadits Qudsi dan Al-Qur’an memiliki beberapa perbedaan penting yang perlu di pahami:
-
Dari Segi Lafaz dan Makna
-
Al-Qur’an: lafaz dan maknanya berasal langsung dari Allah SWT.
-
Hadis Qudsi: maknanya dari Allah, namun lafaznya dari Rasulullah SAW.
-
-
Dari Segi Kedudukan
-
Al-Qur’an bersifat mutlak dan menjadi mukjizat yang tidak dapat ditiru siapa pun.
-
Hadits qudsi tidak termasuk mukjizat, meskipun memiliki nilai spiritual yang tinggi.
-
-
Dari Segi Penggunaan dalam Ibadah
-
Al-Qur’an di baca dalam salat dan menjadi bagian dari ibadah.
-
Hadis qudsi tidak di baca dalam salat dan tidak di jadikan bacaan ritual.
-
-
Dari Segi Hukum dan Fungsi
-
Al-Qur’an menjadi sumber hukum utama dalam Islam.
-
Hadits qudsi lebih banyak mengandung pesan moral, ketauhidan, dan spiritualitas.
-
Dengan memahami perbedaan ini, kita bisa melihat betapa luasnya bentuk wahyu yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad SAW, tidak hanya melalui ayat Al-Qur’an, tetapi juga melalui pesan-pesan khusus yang penuh hikmah.
Ciri-Ciri Hadis Qudsi
Hadits qudsi memiliki ciri khas yang membuatnya mudah di kenali, antara lain:
-
Dimulai dengan Penyandaran kepada Allah SWT
Biasanya hadis qudsi di awali dengan kalimat seperti, “Allah berfirman” atau “Allah Ta’ala berfirman”. -
Maknanya dari Allah, Lafaznya dari Nabi Muhammad SAW
Rasulullah menyampaikan makna yang di wahyukan oleh Allah dengan kata-kata beliau sendiri. -
Tidak Termasuk Al-Qur’an
Meskipun maknanya suci, hadis qudsi bukan bagian dari Al-Qur’an dan tidak memiliki keutamaan bacaan seperti tilawah. -
Bersifat Spiritual dan Moral
Sebagian besar hadits qudsi membahas hubungan antara Allah dan hamba-Nya, seperti kasih sayang, pengampunan, dan balasan amal. -
Jumlahnya Terbatas
Hadits qudsi tidak sebanyak hadits Nabi lainnya. Dalam beberapa kitab, jumlahnya tercatat sekitar 100 sampai 200 hadits.
Isi dan Kandungan Hadis Qudsi
Isi dari hadis qudsi cenderung menekankan pada aspek spiritual dan moral di bandingkan hukum fikih. Banyak di antaranya yang menggambarkan:
-
Kasih sayang Allah terhadap makhluk-Nya
-
Janji Allah kepada hamba yang taat
-
Peringatan terhadap dosa dan kemaksiatan
-
Kehidupan setelah mati dan balasan amal perbuatan
-
Makna keikhlasan, sabar, dan tawakal
Hadits qudsi sering kali menjadi pengingat lembut bagi manusia tentang cinta Allah kepada hamba-Nya. Di dalamnya terkandung pesan mendalam bahwa hubungan antara Allah dan manusia tidak hanya sekadar kewajiban, tetapi juga kasih dan pengampunan.
Contoh-Contoh Hadits Qudsi yang Penting Diketahui
Berikut beberapa contoh hadis qudsi yang terkenal dan memiliki makna mendalam:
1. Tentang Kasih Sayang Allah SWT
Rasulullah SAW bersabda, Allah Ta’ala berfirman:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِى كِتَابِهِ – هُوَ يَكْتُبُ عَلَى نَفْسِهِ ، وَهْوَ وَضْعٌ عِنْدَهُ عَلَى الْعَرْشِ – إِنَّ رَحْمَتِى تَغْلِبُ غَضَبِى »
Artinya: “Tatkala Allah menciptakan makhluk-Nya, Dia menulis dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya di atas ‘Arsy, “Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa kasih sayang Allah jauh lebih besar dari murka-Nya. Ini menjadi pengingat agar manusia tidak berputus asa dari rahmat Allah, meskipun penuh dosa.
2. Tentang Keikhlasan dalam Beramal
Rasulullah SAW bersabda, Allah berfirman:
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Artinya: “Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (HR. Muslim)
Hadis ini menegaskan pentingnya keyakinan positif terhadap Allah. Jika seseorang berprasangka baik kepada-Nya, maka Allah akan memperlakukannya dengan kebaikan pula.
3. Tentang Doa dan Permohonan
Allah SWT berfirman:
يَا عِبَادِي، كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْأَلُونِي الْهِدَايَةَ أُهْدِكُمْ
Artinya: “Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua tersesat kecuali yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan beri petunjuk.” (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa segala bentuk hidayah dan kebaikan hanya datang dari Allah SWT. Manusia tidak bisa mendapatkan petunjuk tanpa kehendak-Nya.
4. Tentang Hubungan antara Allah dan Hamba-Nya
Rasulullah SAW bersabda, Allah berfirman:
يَا ابْنَ آدَمَ! إِنَّكَ مَا دَعَوتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلَا أُبَالِي
Artinya: “Wahai anak Adam, selama engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, Aku akan ampuni dosa-dosamu tanpa peduli sebanyak apa pun itu.” (HR. Tirmidzi)
Pesan ini memberi harapan besar kepada umat Muslim untuk selalu kembali kepada Allah. Selama seseorang tidak putus asa dan tetap memohon ampun, pintu taubat akan selalu terbuka.
Kedudukan Hadits Qudsi dalam Islam
Hadis qudsi memiliki kedudukan yang istimewa karena berisi firman Allah SWT yang di sampaikan melalui Rasulullah SAW. Walaupun tidak selevel dengan Al-Qur’an, hadis qudsi tetap menjadi sumber pengetahuan penting dalam memahami sifat-sifat Allah, hubungan-Nya dengan makhluk, dan makna ibadah yang tulus.
Banyak ulama menggunakan hadis qudsi untuk memperdalam aspek tasawuf (spiritualitas Islam) dan akhlak. Karena di dalamnya terdapat nilai-nilai keimanan, pengharapan, dan cinta Ilahi yang mendidik hati manusia untuk semakin dekat kepada Allah SWT.
Hadits qudsi juga menjadi penyeimbang antara rasa takut (khauf) dan harap (raja’). Ketika seseorang takut akan dosa, hadits qudsi memberi harapan dengan janji ampunan Allah. Sebaliknya, ketika seseorang terlalu berharap, hadis qudsi mengingatkan agar tetap waspada terhadap murka-Nya.













