Dalam ajaran Islam, hadits memiliki banyak jenis berdasarkan bentuk dan isinya. Salah satu yang menarik untuk dipelajari adalah Hadits Hammiyah, yaitu hadits yang berhubungan dengan niat, keinginan, atau rencana Rasulullah SAW dalam melakukan sesuatu, baik yang akhirnya beliau laksanakan maupun tidak.
Hadits ini menunjukkan sisi kemanusiaan sekaligus kenabian Rasulullah, di mana setiap tindakan beliau selalu memiliki dasar niat yang murni dan tujuan yang penuh makna. Dalam konteks ini, Hadits Hammiyah menjadi sangat penting karena membantu umat memahami bagaimana Rasulullah SAW memaknai setiap keputusan yang akan di ambil bukan hanya sekadar tindakan lahiriah, tetapi juga melibatkan pertimbangan spiritual dan moral yang dalam.
Kata hamm (هَمَّ) dalam bahasa Arab berarti “berkeinginan” atau “berniat kuat”. Maka, Hadits Hammiyah dapat di artikan sebagai riwayat yang menceritakan niat atau keinginan Rasulullah SAW terhadap suatu tindakan. Jenis Hadits ini penting karena menunjukkan bahwa setiap tindakan Nabi bukan sekadar kebiasaan, tetapi selalu di dasari oleh niat yang suci dan pertimbangan yang mendalam demi kemaslahatan umat.
Kedudukan Hadits Hammiyah dalam Ilmu Hadits
Dalam ilmu hadits, Hadits Hammiyah tidak bisa dianggap remeh. Meskipun berisi tentang niat atau rencana Rasulullah yang belum tentu dilakukan, hadits ini tetap menjadi bagian dari sunnah yang memiliki nilai hukum dan pelajaran moral. Sama halnya dengan Hadits Qauliyah yang berupa ucapan langsung Rasulullah SAW, ataupun Hadits Taqririyah yang berupa persetujuan beliau terhadap perbuatan sahabat, Hadits Hammiyah juga mencerminkan bimbingan kenabian yang sarat makna.
Para ulama menjelaskan bahwa niat Rasulullah SAW selalu mencerminkan kehendak Allah SWT, sebab beliau tidak berbicara atau berkehendak atas dasar hawa nafsu. Setiap keinginan, baik yang terealisasi maupun tidak, pasti mengandung hikmah dan menjadi cerminan kasih sayang beliau terhadap umatnya.
Hal ini sejalan dengan prinsip Islam bahwa niat memiliki kedudukan besar dalam amal. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang sangat masyhur:
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
Artinya: “esungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka, Hadits Hammiyah tidak hanya merekam niat Rasulullah, tetapi juga menjadi contoh nyata bahwa dalam setiap tindakan, niat yang benar menjadi penentu nilai amal di sisi Allah. Melalui hadits ini, umat Islam di ajarkan bahwa keikhlasan dan niat yang tulus adalah pondasi utama dalam beribadah maupun berbuat baik.
Ciri-Ciri Hadits Hammiyah
Untuk membedakan Hadits Hammiyah dengan jenis hadits lainnya seperti hadits fi’liyah (perbuatan) atau qawliyah (ucapan), kita bisa mengenali beberapa ciri khasnya, yaitu:
- Isi hadits menggambarkan niat atau keinginan Rasulullah SAW, bukan tindakan nyata yang dilakukan.
Misalnya, hadits yang menyebut bahwa Rasulullah berniat melakukan sesuatu namun membatalkannya karena pertimbangan tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa fokus utama hadits ini ada pada niat dan rencana Nabi, bukan hasil pelaksanaannya. - Tidak selalu disertai tindakan lanjutan.
Artinya, bisa jadi niat itu tidak diwujudkan karena ada hikmah tertentu atau perubahan kondisi. Kadang Allah SWT memberikan wahyu baru yang mengubah keputusan Rasulullah, atau situasi umat tidak memungkinkan untuk merealisasikan niat tersebut. Ini menunjukkan bahwa keputusan Nabi selalu di sesuaikan dengan kehendak Allah dan keadaan umat. - Menunjukkan hikmah dan pertimbangan moral dalam keputusan Nabi.
Rasulullah SAW tidak pernah bertindak tergesa-gesa. Niat beliau selalu mengandung pelajaran bagi umat, bahkan ketika akhirnya tidak jadi di lakukan. Dari sinilah kita belajar tentang kehati-hatian, kebijaksanaan, dan pentingnya mempertimbangkan akibat dari setiap tindakan. - Diriwayatkan oleh sahabat yang mengetahui niat Nabi secara langsung.
Hadits ini biasanya di riwayatkan oleh sahabat yang dekat dengan Rasulullah, seperti Aisyah RA, Umar bin Khattab, atau Anas bin Malik, yang mendengar beliau mengungkapkan keinginannya atau melihat tanda-tandanya dalam perilaku beliau. Kesaksian para sahabat ini menjadikan Hadits Hammiyah sebagai bukti autentik tentang ketulusan niat dan kebijaksanaan Rasulullah SAW dalam mengambil keputusan.
Contoh Hadits Hammiyah dari Rasulullah SAW
Salah satu contoh terkenal dari Hadits Hammiyah adalah kisah Rasulullah SAW yang pernah berniat melarang umat Islam menyimpan daging kurban lebih dari tiga hari.
Namun kemudian beliau membatalkan niat itu karena melihat kondisi masyarakat yang berbeda.
Hadits tersebut di riwayatkan oleh Aisyah RA:
كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ لُحُومِ الأَضَاحِى فَوْقَ ثَلاَثٍ لِيَتَّسِعَ ذُو الطَّوْلِ عَلَى مَنْ لاَ طَوْلَ لَهُ فَكُلُوا مَا بَدَا لَكُمْ وَأَطْعِمُوا وَادَّخِرُوا
Artinya: “Rasulullah SAW pernah melarang umatnya menyimpan daging kurban lebih dari tiga hari. Kemudian beliau bersabda: ‘Dulu aku melarang kalian karena ada orang-orang miskin yang membutuhkan, tapi sekarang makanlah, simpanlah, dan sedekahkanlah.’” (HR. Muslim)
Dalam hadits ini, niat awal Rasulullah di dasari oleh kepedulian terhadap fakir miskin, agar mereka tidak kekurangan makanan setelah Idul Adha. Namun ketika situasi sudah berbeda, beliau mencabut larangan tersebut. Inilah salah satu bentuk Hadits Hammiyah, karena menggambarkan niat dan pertimbangan Nabi sebelum melakukan sesuatu.
Makna dan Hikmah dari Hadits Hammiyah
Hadits Hammiyah memberikan banyak pelajaran penting bagi umat Islam, terutama dalam hal niat, kebijaksanaan, dan kepekaan sosial.
1. Setiap niat harus dilandasi kemaslahatan umat.
Rasulullah SAW selalu menimbang setiap keinginan dengan melihat dampaknya bagi orang lain. Niat beliau tidak pernah berpusat pada diri sendiri, melainkan demi kebaikan umat Islam secara keseluruhan.
2. Niat baik tetap bernilai meski tidak terwujud.
Dalam Islam, seseorang yang berniat melakukan kebaikan tetapi tidak sempat melakukannya tetap mendapatkan pahala. Hal ini juga tercermin dalam niat Rasulullah yang selalu bernilai ibadah meskipun tidak terealisasi.
3. Kebijaksanaan dalam mengambil keputusan.
Hadits Hammiyah mengajarkan kita untuk tidak terburu-buru. Rasulullah SAW sering kali mempertimbangkan berbagai faktor sebelum bertindak, menunjukkan sifat bijaksana dan hati-hati.
4. Pentingnya memahami konteks dalam syariat.
Ketika Rasulullah membatalkan niatnya melarang penyimpanan daging kurban, itu menunjukkan bahwa hukum bisa menyesuaikan keadaan, bukan sekadar teks kaku tanpa pertimbangan sosial.
Contoh Lain Hadits Hammiyah
Ada juga contoh lain yang menggambarkan niat Rasulullah SAW yang tidak jadi beliau laksanakan, namun tetap menjadi pelajaran besar.
Salah satunya adalah niat Rasulullah untuk berpuasa terus-menerus (wishal) tanpa berbuka selama beberapa hari. Namun kemudian beliau tidak melakukannya dan justru melarang umatnya untuk melakukannya juga.
Dalam riwayat Rasulullah SAW bersabda:
سنن الدارمي ١٦٤٢: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ الرَّبِيعِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُوَاصِلُوا قِيلَ إِنَّكَ تَفْعَلُ ذَاكَ قَالَ إِنِّي لَسْتُ كَأَحَدِكُمْ إِنِّي أُطْعَمُ وَأُسْقَى
Artinya: “Janganlah kalian berpuasa wishal, karena aku tidak seperti kalian. Aku diberi makan dan minum oleh Rabbku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari sini terlihat bahwa Rasulullah SAW memiliki niat untuk menunjukkan bentuk kesungguhan ibadah, namun beliau juga tahu batas kemampuan manusia. Ini mengajarkan keseimbangan antara semangat ibadah dan menjaga kesehatan serta kewajaran dalam beragama.
Hadis Hammiyah Menjadi Cermin Keikhlasan Rasulullah SAW
Pada akhirnya, Hadits Hammiyah memperlihatkan betapa lembut, bijak, dan penuh kasihnya Rasulullah SAW dalam memimpin umat. Rasulullah SAW tidak hanya menunjukkan tindakan nyata seperti dalam Hadits Fi’liyah ataupun ucapan penuh hikmah seperti dalam Hadits Qauliyah, tetapi juga memperlihatkan kedalaman niat dan keikhlasan hati yang menjadi sumber inspirasi moral bagi umat Islam di segala zaman.













