Syukur adalah salah satu akhlak mulia yang sangat ditekankan dalam Islam. Banyak sekali hadits Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan tentang kewajiban bersyukur, baik kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya sikap syukur dalam menjaga hati agar tidak lalai dan menjauhkan seorang Muslim dari sifat kufur nikmat.
Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Artinya : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).
Melalui berbagai hadits Rasulullah SAW, kita bisa memahami bahwa syukur bukan sekadar ucapan alhamdulillah, tetapi mencakup tiga hal utama: mengakui nikmat dalam hati, menyebutkan dengan lisan, dan menggunakannya untuk kebaikan.
Berikut beberapa hadits tentang syukur beserta penjelasan singkatnya.
1. Syukur atas Nikmat Waktu dan Kesehatan
Rasulullah SAW bersabda:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الَّلهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى الَّلهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَشِيْرٌ مِنْ النَّاَسِ الصِّحَّةُ وَاْلفَرَاغُ
Artinya: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu padanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari).
Hadits ini mengingatkan kita agar tidak menyia-nyiakan kesehatan dan waktu luang. Banyak orang baru menyadari pentingnya nikmat ini ketika sudah sakit atau sibuk.
2. Syukur Saat Menikmati Makanan
Rasulullah SAW bersabda:
الطَّاعِمُ الشَّاكِرُ بِمَنْزِلَةِ الصَّائِمُ الصَّابِرِ
Artinya: “Orang yang makan lalu bersyukur, kedudukannya sama dengan orang yang berpuasa dengan sabar.” (HR. Bukhari, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban).
Hal sederhana seperti makan pun menjadi ibadah jika dibarengi dengan rasa syukur. Dengan begitu, seorang Muslim selalu dalam keadaan beribadah, baik ketika menikmati nikmat maupun saat menahan diri.
3. Mengingat Allah sebagai Wujud Syukur
Dalam hadits qudsi Allah berfirman:
(قَا اللهُ تَعَالىَ : يَاابْنَ اَدَمَ, اِنَّكَ مَاذَكَرْتَنِى شَكَرْتَنِى, وَاِذَامَانَسِيْتَنِى كَفَرْتَنِى (رواه الطبرانى عن ابى هريرة
Artinya: “Wahai anak Adam, selama engkau mengingat-Ku, berarti engkau telah bersyukur kepada-Ku. Namun jika engkau melupakan-Ku, berarti engkau kufur kepada-Ku.” (HR. Thabrani).
Hadits ini menegaskan bahwa dzikir adalah salah satu bentuk syukur terbesar, karena hati yang lalai dari mengingat Allah mudah terjebak dalam kufur nikmat.
4. Bersyukur kepada Sesama Manusia
Rasulullah SAW juga bersabda:
وَمَنْ لاَيَشْكُرِ النَّاسَ لاَيَشْكُرِ اللهَ
Artinya: “Barang siapa tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. Ahmad dan Baihaqi).
Hadits tentang bersyukur ini menekankan pentingnya menghargai jasa orang lain. Mengucapkan terima kasih adalah cerminan akhlak mulia yang juga bernilai syukur kepada Allah.
5. Qana’ah sebagai Bentuk Syukur
Rasulullah SAW bersabda:
كن وَرِعًا تكن أعبدَ الناسِ ، و كن قنِعًا تكن أشْكَرَ الناسِ
Artinya: “Jadilah orang yang wara’, maka engkau akan menjadi hamba yang paling taat. Dan jadilah orang yang qana’ah (merasa cukup), maka engkau akan menjadi hamba yang paling bersyukur.” (HR. Ibnu Majah).
Sikap qana’ah mengajarkan kita untuk menerima rezeki yang Allah beri tanpa iri kepada orang lain. Dengan begitu, hati akan lebih tenang dan selalu dipenuhi rasa syukur.
6. Syukur dan Sabar, Dua Sisi Kehidupan Mukmin
Rasulullah SAW bersabda:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ؛ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Artinya: “Menakjubkan perkara orang mukmin, semua urusannya adalah kebaikan. Jika mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika mendapat kesusahan, ia bersabar, dan itu pun baik baginya.” (HR. Muslim).
Hadits ini menegaskan keseimbangan hidup seorang mukmin: syukur ketika senang, sabar ketika sulit. Keduanya membawa kebaikan dan keberkahan.
7. Hujan: Ujian Syukur dan Kufur Nikmat
Rasulullah SAW bersabda:
ومنهم كافرٌ قالوا هذهِ رحمةُ اللَّهِ وقالَ بعضُهم لقد صدقَ نوءُ كذا وكذا
Artinya: “Ketika hujan turun di masa Nabi, beliau bersabda: ‘Ada orang yang bersyukur dan ada yang kufur. Yang bersyukur berkata: Inilah rahmat Allah. Sedangkan yang kufur berkata: Ini karena bintang ini atau itu.’” (HR. Muslim).
Hadits ini mengajarkan agar setiap fenomena alam dikaitkan dengan kekuasaan Allah, bukan hanya sebab-sebab duniawi. Mengingat Allah dalam setiap kejadian adalah bentuk syukur yang hakiki.
Dari berbagai hadits tentang bersyukur di atas, kita belajar bahwa syukur bukan hanya ucapan, tetapi sebuah sikap hidup. Syukur membimbing seorang Muslim untuk selalu dekat kepada Allah, menghargai nikmat kecil maupun besar, serta menjauhi sifat kufur nikmat.